top of page
  • Writer's pictureWowo Watumas

Memilih Field Monitor Yang Tepat

Field monitor adalah monitor eksternal kamera yang relatif ringan yang memungkinkan kita untuk melihat hasil yang dilihat oleh kamera pada layar yang relatif lebih besar dan memberikan kita informasi yang kita butuhkan secara cepat, dari mulai eksposure, histogram, fokus dan lain-lain.

Beberapa kamera, terutama kamera DSLR dan mirrorless, mempunyai layar tampilan yang cukup kecil, umumnya sebesar 3 inci, di mana kadang kala kita cukup sulit untuk melihat apakah lensa kamera pada fokus yang tepat, sesuai dengan yang kita inginkan. Oleh karena itu, kita membutuhkan layar tampilan yang lebih besar misalnya ukuran 5 inci atau 7 inci.

Selain itu, kadang warna yang ditampilkan oleh built-in monitor di kamera juga suka berbeda dengan hasil yang direkam oleh kamera, sehingga kita membutuhkan field monitor yang mampu menampilkan warna yang sama seperti yang direkam oleh kamera.

Juga, kadang kala, eksposure yang ditampilkan pada layar built-in kamera sering tidak tepat. Ketika di layar built-in ditampilkan dengan eksposure tepat, ternyata hasil rekamannya malah under exposure (kekurangan cahaya) atau over exposure (kelebihan cahaya). Hal ini bisa diatasi dengan menampilkan histogram di layar built-in kamera, tapi kadang ada yang tidak mempunyai fitur ini, sehingga harus menggunakan field monitor.

Karena field monitor lebih sering dipasang di atas kamera, terkadang sering juga disebut sebagai on camera monitor.

Beberapa kamera malah tidak dilengkapi oleh monitor built-in, sehingga penggunaan field monitor menjadi suatu hal yang mutlak.



Tingkat Kecerahan Monitor.

Dalam pengalaman Saya menggunakan field monitor ketika syuting, beberapa di antaranya tampilan gambar di monitor tidak kelihatan ketika syuting di luar ruangan pada siang hari. Baru belakangan diketahui, tingkat kecerahan field monitor itu berbeda-beda. Sehingga memilih monitor dengan tingkat kecerahan tertentu itu menentukan sekali dalam penggunaan di lokasi syuting.


Berdasarkan hal tersebut, maka faktor pertama untuk memilih field monitor adalah tingkat kecerahannya.


Satuan tingkat kecerahan monitor adalah nits, berasal dari bahasa latin, nitere yang artinya bersinar.

Nits bukan sistem satuan internasional untuk pencahayaan. Satuan internasional untuk pencahayaan digunakan candela per square meter.

Beberapa monitor menuliskan tingkat kecerahan layarnya dengan satuan nits, yang lain menggunakan satuan candela per square meter.


Untuk mengetahui seberapa terang sebuah monitor dengan nilai nits tertentu, kita bisa melihat perbandingan antara nilai nits, exposure value, lux dan kondisi pencahayaan alami dalam tabel di bawah ini.

Lux

Exposure Value

nits

2,5

0

0,125

5

1

0,25

10

2

0,5

20

3

1

40

4

2

80

5

4

160

6

8

320

7

16

640

8

32

1.280

9

64

Senja

2.560

10

128

Siang hari berkabut

5.120

11

256

Mendung

10.240

12

512

Berawan

20.480

13

1.024

Sebagian berawan

40.960

14

2.048

Siang hari terik

81.920

15

4.096

Tabel 1. Kondisi pencahayaan yang dikonversi dalam lux, exposure value dan nits.


Umumnya monitor komputer mempunyai tingkat kecerahan antara 200 - 300 nits. Jika dilihat pada tabel, nilainya setara dengan 11 stops seperti kondisi siang hari berkabut. Jika dibawa keluar ruangan pada siang hari terik, maka tampilan di monitor ini akan sulit dilihat. Pada siang hari terik, tingkat pencahayaan ada di 81.920 lux yang setara dengan 15 stops. Jadi ada perbedaan 4 stops pencahayaan antara monitor dan kondisi pencahayaan sekitar pada siang hari.


Kategori monitor berdasarkan tingkat kecerahannya:

  1. Indoor Monitor/ Standar Monitor

  2. Daylight Viewable Monitor

  3. Sunlight Readable Monitor



Indoor Monitor/ Standar Monitor

Field monitor yang hanya bisa digunakan dalam ruangan/ di luar ruangan pada malam hari (s/d 350 nits).

Berikut ini daftar beberapa field monitor berdasarkan tingkat kecerahan monitor (brightness) yang diurutkan dari yang paling rendah tingkat kecerahannya.

Tabel 2. Daftar Indoor Monitor

Exposure Value dari pencahayaan siang hari terik adalah 15 stops. Pada tabel selisihnya dihitung dari 15 dikurangi oleh Exposure Value tingkat kecerahan layar dan dari tabel bisa kita lihat bahwa selisih pencahayaan dari layar monitor tipe ini berkisar antara 3,43 stops sampai 4,03 stops. Oleh karena itu cukup menyulitkan ketika digunakan di luar ruangan yang sangat terik.


Bagaimana saya mendapatkan nilai exposure value layar monitornya? Dari rumus ini:



di mana:

L = tingkat kecerahan layar dalam satuan nits

S = ISO

K = konstanta kalibrasi pengukur cahaya yang dipantulkan


Nilai umum K yang digunakan adalah 12,5 dan nilai ISO yang digunakan adalah 100.



Daylight Viewable Monitor

Field monitor yang bisa digunakan pada siang hari yang tidak terkena cahaya matahari langsung. Jika digunakan pada siang hari terik, memerlukan sun shade hood, untuk menghalangi sinar matahari mengenai layar monitor. (400 - 700 nits)

Berikut ini daftar beberapa field monitor kategori Daylight Viewable Monitor berdasarkan tingkat kecerahan monitor (brightness) yang diurutkan dari yang paling rendah tingkat kecerahannya.

Tabel 3. Daftar Daylight Viewable Monitor

Dari tabel di atas, kita bisa lihat perbedaan pencahayaan antara layar monitor daylight viewable monitor dengan kondisi pencahayaan terik siang hari mulai dari 2,36 stops sampai 3,36 stops.



Sunlight Readable Monitor

Field monitor yang bisa digunakan pada siang hari terik tanpa harus menggunakan penutup untuk menghalangi cahaya matahari yang mengenai layar monitor. (lebih dari 1.000 nits).

Berikut ini daftar beberapa field monitor kategori Sunlight Readable Monitor berdasarkan tingkat kecerahan monitor (brightness) yang diurutkan dari yang paling rendah tingkat kecerahannya.

Table 4. Daftar Sunlight Readable Monitor

Dari tabel di atas, kita bisa lihat perbedaan pencahayaan antara layar monitor kategori sunlight readable monitor dengan kondisi pencahayaan terik siang hari mulai dari 0,19 stops sampai 2,03 stops.

Monitor yang mempunyai tingkat kecerahan 2.200 nits, mempunyai perbedaan pecahayaan kurang dari 1 stop. Hal ini sangat bagus digunakan ketika di luar ruangan dengan kondisi matahari terik.

Beberapa produsen menyebut produk monitornya yang mempunyai tingkat kecerahan 2.200 nits ke atas dengan istilah Ultra Bright Monitor.



Konektor dan Resolusi Input Field Monitor

Setelah kita memilih monitor berdasarkan tingkat kecerahannya, kita harus memilih monitor berdasarkan tipe konektor output dari kamera dan resolusi serta frame rate yang keluar dari dari konektor kamera yang akan kita pakai. Jangan sampai terjadi monitor tidak sanggup untuk menangani sinyal video yang keluar dari kamera.


Jika penggunaan di dalam ruangan, maka kita bisa menggunakan monitor yang sesuai dengan konektor output dari kamera. Berikut ini daftar konektor dan resolusi dari tiap-tiap monitor yang termasuk kategori indoor monitor.

Tabel 5. Resolusi Indoor Monitor. (klik gambar untuk memperbesar)

Ada beberapa kolom yang harus menjadi perhatian yaitu kolom input dan output.

Pada kolom input, dibawahnya ada kolom AV yang artinya monitor ini terdapat konektor video composite yang biasanya menggunakan konektor RCA atau BNC.

Kemudian ada kolom HDMI artinya terdapat konektor HDMI pada monitor tersebut. Di bawah kolom HDMI, terbagi beberapa resolusi:

  • 1080p artinya monitor mampu menerima sinyal video dengan resolusi 1.920 x 1.080 pixels (Full High Definition).

  • UHD artinya monitor mampu menerima sinyal video Ultra High Definition dengan resolusi 3.840 x 2.160 pixels. Kadang orang menyebutnya dengan 4K-UHD.

  • 4K artinya monitor mampu menerima sinyal video dengan resolusi 4.096 x 2.160 pixels. Kadang orang menyebutnya 4K saja atau 4K-DCI (Digital Cinema Initiatives).

Di bawah kolom SDI terdapat beberapa kolom yang sudah dijelaskan di atas yang sama dengan kolom HDMI, cuma ada tambahan kolom 2K yang artinya monitor mampu menerima sinyal video dengan resolusi 2.048 x 1.920 pixels.


Pada kolom masing-masing resolusi ada angka 24, 25, 30, 50 dan 60 yang artinya angka frame rate yang mampu diterima oleh monitor. Jadi mewakili untuk 24 fps, 25 fps, 30 fps, 50 fps dan 60 fps. Di beberapa spesifikasi monitor, ditulis dalam Hz (Hertz), jadinya 24 Hz, 25 Hz, 30 Hz, 50 Hz dan 60 Hz.


Pada kolom output, hanya terdapat kolom HDMI dan SDI yang artinya, monitor tersebut terdapat konektor HDMI out dan SDI out. Di beberapa monitor masih terdapat konektor AV out dan sengaja saya tidak tulis karena akan membuat lebar tabel dan teknologi ini sebenarnya sudah ketinggalan jaman.


Cara membaca tabelnya:

Misalnya kita ingin menggunakan kamera yang mempunyai konektor output SDI dengan resolusi 2K dengan frame rate 25 fps. Maka cari tanda "." di kolom SDI > 2K > 25. Pada baris yang terdapat tanda tersebut, ada dua pilihan monitor Blackmagic Video Assist 5” 3G yang mempunyai besar layar 5 inci dan Blackmagic Video Assist 7” 3G yang mempunyai besar layar 7 inci.





​Blackmagic Video Assist 5” 3G

Bisa dibeli di sini atau di sini.

​Blackmagic Video Assist 7” 3G

Bisa dibeli di sini atau di sini.

Untuk monitor Lilliput tipe FA1014/S, saya tidak mendapatkan data yang lengkap, apakah bisa menangani sinyal video 24 fps, 25 fps, 30 fps pada resolusi 1080p melalui konektor HDMI dan konektor SDI. Jadi, saya anggap monitor ini tidak bisa menangani sinyal-sinyal video tersebut.


Jika menggunakan kamera yang mempunyai konektor HDMI dengan resolusi output UHD dengan frame rate 25 fps, maka pilihannya ada dua juga, yaitu Feelworld FW1018V1 yang mempunyai layar sebesar 10,1 inci dan LAIZESKE DR1056 yang mempunyai layar yang sama besar tetapi mempunyai resolusi paling besar di kelasnya, yaitu 2.560 x 1.600 pixels. Monitor LAIZESKE ini juga mempunyai tingkat kecerahan salah satu yang paling tinggi di bawah dua monitor Transvideo. Dari segi resolusi, besar layar, resolusi dan tingkat kecerahan, pilihan paling tinggi ada di monitor LAIZESKE tersebut. Tetapi tidak ada yang jual monitor merek ini di Market Place di Indonesia ketika artikel ini dibuat. Juga tidak ada yang menjadi distributor resminya di Indonesia ketika artikel ini dibuat.




​Lilliput A11 - 10.1" 4K HDMI Monitor bisa dibeli di sini.


Jika ingin menempatkan field monitor pada hot shoe kamera DSLR atau mirrorless seperti di bawah ini harus memperhatikan berat total dari field monitor beserta aksesoriesnya karena dikhawatirkan akan merusak hot shoe-nya.


Gambar 1, Penggunaan field monitor pada kamera.

Menggunakan monitor dengan ukuran layar 5 inci sudah cukup untuk membantu melihat hasil yang ditangkap kamera karena umumnya ukuran layar built-in pada kamera berkisar 3 inci. Tetapi bisa saja kalau membutuhkan layar lebih besar misalnya 7 inci. Yang penting, kita harus selalu memperhatikan berat dari field monitor.


Jika ingin menggunakan field monitor di luar ruangan pada siang hari, kita harus menggunakan monitor dengan kategori Daylight Viewable Monitor yang mempunyai tingkat kecerahan antara 400 nits sampai 700 nits. Namun ada beberapa monitor yang mempunyai tingkat kecerahan layar sampai 800 nits, akhirnya saya masukkan ke dalam Daylight Viewable Monitor karena untuk kategori Sunlight Readable Monitor, musti mempunyai tingkat kecerahan minimal 1000 nits.


Berikut ini spesifikasi monitor dengan kategori Daylight Viewable Monitor yang diurutkan berdasarkan besarnya layar, kemudian diurutkan resolusi.

Tabel 6. Resolusi Daylight Viewable Monitor. (klik gambar untuk memperbesar)

Jika membutuhkan monitor yang mempunyai penggunaan lebar dari konektor AV (Video Composite dengan konektor RCA atau BNC), HDMI dengan resolusi sampai 4K DCI dan konektor SDI, pilihan ada pada monitor Viltrox DC-70 PRO dengan ukuran monitor 7 inci dan resolusi layar 1.920 x 1.200 pixels. Monitor ini juga mempunyai konektor output HDMI dan SDI, jadi cukup lengkap untuk bisa digunakan dengan bermacam kamera.


Viltrox DC-70 Pro dapat dibeli di sini atau di sini.

Tetapi jika konektor AV tidak dibutuhkan dan menginginkan konektor HDMI yang mampu sampai resolusi 4KDI 60 fps serta konektor SDI yang mampu sampai resolusi 1080p 60 fps, ada monitor Lilliput dengan tipe FS5 yang mempunyai lebar layar 5,4 inci dan resolusi 1.920 x 1.200 pixels.




​Lilliput FS5 dapat dibeli di sini.


Jika kamera yang digunakan hanya mempunyai konektor HDMI dengan resolusi output sebesar 1080p 30 fps, maka ada banyak pilihan pada kategori ini. Tinggal melihat fitur-fitur yang lain yang sesuai kebutuhan, misalnya focus peaking, zoom, marker dll.


Untuk penggunaan di luar ruangan pada siang hari terik, kita harus menggunakan monitor dengan kategori Sunlight Readable Monitor seperti yang telah saya jelaskan sebelumnya.

Berikut ini daftar resolusi dan frame rate yang bisa ditangani oleh monitor-monitor dengan kategori tersebut.

Tabel 7. Resolusi Sunlight Readable Monitor. (klik gambar untuk memperbesar)

Berdasarkan daftar monitor yang saya buat, yang paling tinggi tingkat kecerahan layarnya adalah monitor dengan merek TVLogic dengan tipe F-7H dan F-7H mk2 yang mempunyai tingkat kecerahan 3.600 nits. Akan tetapi kedua monitor ini hanya bisa menangani resolusi 1080p dan frame rate 60 fps.




​TVLogic F-7H mk2 dapat dibeli di sini.



Jika ingin menggunakan monitor yang lebih lengkap pilihan konektor dengan berbagai macam resolusi dan frame rate, pilihan ada pada Atomos Shogun 7 dengan tingkat kecerahan layar sebesar 3.000 nits.


​Atomos Shogun 7 dapat dibeli di sini dan di sini.




Histogram

Setelah kita memilih tingkat kecerahan layar dan resolusi yang mampu ditangani oleh field monitor, kita perlu memperhatikan beberapa fitur yang ada pada field monitor.

Salah satu fitur penting yang ada pada field monitor adalah histogram.

Histogram merupakan fitur yang sudah lama ada pada kamera Digital Single Lens Reflex (DSLR) untuk melihat hasil dari pencahayaan dari sebuah foto yang telah direkam pada memory card di kamera. Fitur ini sangat penting juga pada proses pembuatan video.


Gambar 2. Fitur histogram pada field monitor BlackMagic Video Assist.

Berdasarkan keterangan dari berkas panduan field monitor Blackmagic Video Assist, fungsi histogram adalah sebagai berikut


Histogram menunjukkan distribusi pencahayaan atau informasi dari hitam ke putih sepanjang skala horizontal, dan memungkinkan kita memantau seberapa dekat detailnya dengan terpotong dalam hitam atau putih video. Histogram juga memungkinkan Anda melihat efek perubahan gamma pada video.

Bagian tepi kiri histogram menampilkan shadows, atau hitam, dan paling kanan menampilkan highlights, atau putih. Jika memperhatikan gambar dari kamera, saat kita menutup atau membuka bukaan lensa, kita akan melihat informasi dalam histogram bergerak ke kiri atau ke kanan sesuai bukaan lensa. Kita juga dapat menggunakan histogram untuk memeriksa 'pemotongan' di shadows dan highlights gambar kita, dan juga untuk memperhatikan detail yang terlihat dalam jangkauan tone. Misalnya, rentang yang tinggi dan luas dari informasi di sekitar bagian tengah histogram sesuai dengan pencahayaan yang baik untuk detail di midtone gambar kita.


Untuk lebih jelasnya, bagaimana histogram bisa menunjukkan pencahayaan di kamera, bisa dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 3. Kondisi pencahayaan dan gambaran grafik histogramnya.

Pada foto bagian kiri, ditunjukkan sebuah foto dengan kondisi pencahayaan yang berlebih (over exposure) yang ditandai pada bagian kanan grafik histogram yang meninggi.

Pada kondisi pencahayaan berlebih, akan menghilangkan detail dari bagian-bagian di foto.

Pada foto di tengah, ditunjukkan sebuah foto dengan kondisi pencahayaan yang tepat (correct exposure) yang ditandai dengan meratanya sebaran pada grafik histogram, dari kiri ke kanan.

Pada foto bagian kanan, ditunjukkan sebuah foto dengan kondisi pencahayaan yang kurang (under exposure) yang ditandai dengan grafik histogram yang merapat ke bagian sisi kiri.




Di beberapa field monitor, mereka memberikan fitur RGB Histogram yang menunjukan distribusi dari channel merah (R - Red), hijau (G - Green) dan biru (B - Blue) histogram.

Gambar 5. RGB Histogram


Waveform

Kekurangan dari histogram adalah fitur ini hanya menampilkan kondisi pencahayaan tanpa menunjukkan di sisi mana yang bagian highlight dan shadow. Jadi kita harus mengira-ngira bagian mana dari gambar yang ada highlight-nya dan shadow-nya.


Ada fitur lain yang bisa menunjukkan di sisi mana yang ada highlight-nya dan shadow-nya, yaitu fitur waveform.


Gambar 6. Tampilan fitur waveform pada monitor Blackmagic Video Assist.

Pada bagian dasar dari grafik waveform menunjukkan tingkat hitam atau shadow dari gambar, sedangkan yang bagian atas dari grafik waveform menunjukkan tingkat putih atau highlight (gambar 6)

Daerah antara bagian atas dan bawah dari grafik waveform menunjukan rasio kontras keseluruhan dari gambar yang sedang kita evaluasi.

Untuk mendapatkan video level yang sempurna tanpa terpotong, kita harus memastikan daerah hitam gambar pada grafik waveform tidak berada di bawah 0% dan daerah putih tidak melampaui 100%. Jika batas ini terlampaui, gambar akan kehilangan detail pada bagian shadows dan highlights dari gambar kita.


Gambar 7. Grafik Histogram yang berhimpit dengan foto.

Gambar 7 merupakan tampilan dari Blackmagic Video Assist yang membuat video dari kamera berhimpit dengan grafik waveform. Dari grafik tersebut dapat kita lihat baju berwarna putih yang digunakan oleh wanita diwakili dengan grafik waveform yang lebih tinggi dibandingkan dengan grafik waveform yang mewakili baju merah yang lebih gelap yang digunakan oleh pria. Batang-batang pohon yang berwarna gelap yang berada di sebelah kanan pria diwakili oleh grafik waveform yang rendah.

Jadi jika menggunakan waveform ini, kita tau di sisi mana yang ada highlights-nya dan sisi mana yang ada shadows-nya.



RGB Parade

Fitur RGB parade menunjukkan waveform yang terpisah dari channel warna merah, hijau dan biru. Dengan menunjukkan perbandingan tiap channel, RGB Parade membuat kita mudah untuk mengamati tingkat kecerahan dari tiap channel dengan membandingkan highlight, midtone dan shadow di antara tiap channel-nya. Misalnya, jika di area shadow lebih tinggi dalam channel biru, maka area gelap video akan mempunyai warna biru.


Gambar 8. Tampilan RGB Parade pada monitor Blackmagic Video Assist.

Tampilan RGB parade pada monitor Blackmagic Video Assist memberikan grafik waveform berwarna putih untuk masing-masing channel merah, hijau dan biru (Gambar 8). Channel warna merah ada di sebelah kiri, sedangkan channel warna hijau ada di tengah dan channel warna biru ada sebelah kanan.


Gambar 9. Tampilan fitur Vectorscope, Histogram, RGB Histogram dan RGB Parade pada monitor Feelworld LUT7S Pro

Sedangkan monitor Feelworld LUT7S Pro menampilkan grafik warna merah untuk channel warna merah, grafik warna hijau untuk channel warna hijau dan grafik warna biru untuk channel warna biru pada fitur RGB parade-nya yang akan memudahkan kita mengamati grafik waveform di tiap-tiap channel (gambar 9).



Vectorscope

Tampilan vectorscope menunjukkan informasi warna hue dan saturasi. Fitur ini sangat berguna untuk memeriksa apakah video dalam kondisi saturasi rendah atau tinggi dan untuk membantu kalibrasi beberapa kamera untuk memastikan konsistensi antara shots.

Warna yang mempunyai terlalu tinggi saturasinya akan ditunjukkan dengan tertariknya grafik ke bagian pinggir, sedangkan warna yang mempunyai saturasi rendah akan ditunjukkan dengan grafik yang mendekati tengah vectorscope.


Gambar 10. Tampilan fitur Vectorscope pada monitor Blackmagic Video Assist.

Pada monitor Blackmagic Video Assist, tampilan grafik vectorscope-nya menggunakan warna putih (gambar 10) sedangkan pada monitor feelworld LUT7S Pro menggunakan grafik vectorscope berwarna (gambar 11).


Gambar 11. Tampilan fitur Vectorscope pada monitor Feelworld LUT7S Pro.


Zebra

Zebra merupakan salah satu fitur field monitor yang menunjukkan area mana dari gambar yang mengalami pencahayaan yang berlebih (over exposure) dengan memberikan garis-garis diagonal pada area tersebut.

Karena kegunaannya untuk menampilkan area yang over exposure, beberapa field monitor menyebut fitur ini dengan exposure.


Gambar 12. Fitur zebra pada field monitor.
Gambar 13. Tampilan fitur zebra pada monitor Atomos Shogun 7.


Check Field

Fitur check field merupakan fungsi yang membantu untuk pengaturan warna kamera. Dengan fitur ini, kita dapat menggunakan channel merah, hijau, biru dan abu-abu untuk menghasilkan gambar, karena hue dan saturasi dapat dengan mudah dan akurat diatur pada kondisi ini.


Gambar 14. Fitur check field yang menghasilkan gambar warna merah, hijau, biru dan abu-abu.

Di beberapa field monitor, hanya menampilkan channel biru saja karena sangat berguna untuk mengamati noise pada gambar yang biasanya noise sensor dapat dengan mudah dilihat pada channel ini (gambar 15)


Gambar 15. Tampilan fitur blue only pada monitor Atomos Shogun 7.


False Color

Fitur false color dapat membantu kita untuk melihat area dengan tingkat kecerahan berbeda di monitor dengan cara memberikan warna yang berbeda area dengan tingkat kecerahan tertentu.

Tiap-tiap merek monitor memberikan warna-warna berbeda dalam fitur false color ini.


Gambar 16. Tampilan fitur false color di monitor Feelworld P7.

Pada monitor Feelworld P7, ketika fitur false color diaktifkan, tampilan akan berubah seperti pada gambar yang di sebelah kanan pada gambar 16. Pada bagian kanan ada balok vertikal yang terbagi dengan beberapa warna. Warna jingga mewakili area highlight dan warna pink mewakili area shadow.


Gambar 17. Tampilan fitur false color di monitor Atomos Shogun 7.

Pada monitor Atomos Shogun 7, tampilan fitur false color seperti pada gambar 17. Skala tingkat kecerahan ada di sebelah kiri monitor. Jadi dengan memperhatikan skala tersebut, kita jadi tau tingkat kecerahan area mana yang diwakili oleh warna skalanya.


Gambar 18. Tampilan fitur false color di monitor Blackmagic Video Assist.

Pada fitur false color di monitor Blackmagic Video Assist, tidak ditampilkan skala warna tingkat kecerahan gambar (gambar 18). Jadi kita harus mengingat skalanya dari manual book berupa file pdf.


Gambar 19. Skala warna untuk fitur false color di monitor Blackmagic Video Assist.


Focus Peaking

Setelah kita membahas fitur field monitor yang berkaitan dengan exposure, sekarang kita akan membahas fitur lain yang juga penting, yaitu focus peaking.

Dengan menggunakan fitur focus peaking, kita bisa mengetahui area mana saja di monitor yang masih fokus (tajam).


Gambar 20. Tampilan fitur focus peaking di monitor Atomos Shogun 7.

Di beberapa merek monitor, mereka menyediakan beberapa warna untuk menandai area fokus. Pada monitor Feelworld P7, kita bisa memilih warna merah, hijau atau biru.

Gambar 21. Tampilan fitur focus peaking di monitor Feelworld P7.


Output Field Monitor

Beberapa field monitor digunakan untuk terhubung dengan kamera saja, beberapa lain digunakan untuk menghubungkan ke monitor sutradara atau ke monitor video asisst lalu ke monitor sutradara.

Jika hanya terhubung dengan output dari kamera saja, kita tidak memerlukan konektor output dari field monitor. Tapi jika dibutuhkan untuk terhubung ke monitor sutradara atau video assist diperlukan field monitor yang mempunyai konektor output.

Bisa saja konektor output dari kamera adalah konektor HDMI (micro HDMI, mini HDMI dan HDMI) yang akan terhubung ke konektor input dari field monitor dengan konektor HDMI dan konektor output dari field monitor adalah HDMI yang akan terhubung ke monitor sutradara atau monitor video assist, sehingga dibutuhkan kabel dengan konektor HDMI untuk menghubungkan dari field monitor ke monitor sutradara atau ke monitor video assist.




Kabel HDMI mempunyai panjang maksimum untuk transfer data video sepanjang 20 meter. Kadang kondisi ketika syuting membutuhkan jarak lebih jauh antara kamera dan monitor sutradara.

Jika ingin jarak yang lebih panjang, bisa menggunakan HDMI wireless trasmitter atau menggunakan kabel SDI dengan terlebih dahulu menggunakan konverter HDMI ke SDI.



Cross Conversion

Banyak orang yang melakukan syuting lebih suka menggunakan konektor SDI dengan beberapa alasan, salah satunya adalah keterbatasan panjang maksimum kabel HDMI yang dapat digunakan. Alasan lainnya adalah ketika kabel HDMI rusak, baik konektor ataupun kabelnya, akan susah diperbaiki. Jadi kalau misalnya rusak konektornya, maka harus beli baru kabelnya satu set. Berbeda dengan koneksi SDI yang jika rusak konektornya, maka kita bisa mengganti konektornya saja (BNC) dan tetap bisa menggunakan kabel lamanya.

Alasan lain adalah konektor SDI dengan tipe BNC ini mempunyai sistem penguncian yang tidak dimiliki oleh konektor HDMI.

Ada beberapa tipe field monitor yang mempunyai input HDMI dan video out-nya bisa dikeluarkan melalui konektor SDI. Fitur ini biasa disebut cross conversion, yang bisa menggunakan input HDMI dan output videonya SDI atau sebaliknya, input SDI dan output-nya HDMI. Jika ingin menggunakan field monitor dengan fitur ini, bisa menggunakan beberapa tipe monitor pada tabel 8.

Tabel 8. Daftar field monitor yang mempunyai fitus cross conversion.

Selain fitur-fitur penting yang telah disebutkan tadi, ada beberapa fitur tambahan yang juga jadi pertimbangan ketika melakukan syuting dengan kondisi tertentu.



V-Flip dan H-Flip

V-Flip atau Vertical Flip artinya video yang dari kamera bisa dibalik secara vertikal dan H-Flip atau Horizontal Flip artinya video yang dari kamera bisa dibalik secara horizontal pada tampilan field monitor.

Pada kondisi tertentu, diperlukan untuk membalik kamera dari bawah ke atas, maka agar tampilan bisa dilihat dengan mudah komposisinya, fitur V-Flip digunakan di field monitor.

Yang menariknya, tidak semua field monitor mempunyai fitur ini. Ada yang punya fitur V-Flip dan tidak punya fitur H-Flip, tetapi tidak banyak. Fitur ini sepertinya fitur yang sudah umum ada pada kebanyakan field monitor.



Zoom

Fitur ini untuk memperbesar gambar videonya sehingga kita bisa memperhatikan bagian-bagian detail yang mungkin terlupa karena yang kita lihat di lapangan ketika syuting adalah layar 5 inci sampai 7 inci. Berbeda ketika video yang selesai kita buat bisa jadi nanti ditayangkan di situs video streaming dengan layar sampai 60 inci atau film di bioskop yang mempunyai layar sangat lebar, yang baru kelihatan detailnya. Untuk itulah fitur zoom ini diperlukan untuk melihat di setiap sisi yang ditangkap oleh sensor kamera.



Marker

Terkadang hasil akhir dari video yang sedang kita buat akan ditayangkan dengan berbeda format dengan aspect ratio yang berbeda-beda, sehingga kita perlu mengetahui batas aman komposisi gambar yang sedang kita buat.

Gambar 22. Penggunaan marker untuk format aspect ratio yang berbeda-beda


Custom LUT

Custom LUT atau color lookup tables adalah fitur yang memvisualisasikan hasil akhir video di tampilan field monitor ketika syuting menggunakan RAW atau Log file yang mempunyai saturasi rendah. Jadi ketika syuting menggunakan RAW dan Log pada kamera, tampilan videonya tidak mencerminkan warna sebenarnya karena mempunyai kontras dan saturasi video yang rendah. Untuk itu dibuatkanlah LUT di komputer sebagai simulasi hasil akhir video yang diinginkan ketika grading video nanti dengan menggunakan video test awal yang sudah dirubah warnanya sesuai dengan yang diinginkan.


Jika kamera yang digunakan tidak ada fitur penyimpanan RAW atau log file, kita bisa mengabaikan fitur ini di field monitor.



Touchscreen

Fitur ini bisa diperlukan atau tidak tergantung keinginan kita ketikan mengoperasikan field monitor. Bagi saya, fitur ini mempermudah dalam pengoperasian field monitor. Tentunya, field monitor yang ada fitur ini cenderung lebih mahal dibanding yang tidak mempunyai fitur ini. Tapi yang tidak mempunyai fitur ini belum tentu murah juga, sebagai contoh, field monitor merek TVLogic tidak mempunyai fitur ini untuk semua produknya, tapi harganya boleh dibilang relatif mahal.



Audio Level Meter Display

Sesuai dengan namanya, fitur ini menampilkan level audio di field monitor. Jika membutuhkan fitur ini, ada baiknya memilih field monitor yang mempunyai fitur ini. Yang tidak mempunyai fitur ini tidak banyak, jadi hampir semua field monitor yang dibikinkan daftarnya mempunyai fitur ini.



Auto Dim

Fitur ini akan mengatur tingkat keterangan dari field monitor. Jika digunakan di lokasi yang minim pencahayaan, field monitor akan menurunkan intensitas pencahayaan di layar monitor dan jika digunakan di luar ruangan yang terik, field monitor akan menaikan pencahayaan di layar monitor untuk mengimbangi tingkat pencahayaan sehingga tampilan monitor masih dapat terlihat.

Jika fitur ini tidak ada, dan kita tidak mengubah pengaturan intensitas pencahayaan monitor dengan tetap pengaturan paling terang, akan membuat batere yang digunakan akan cepat habis (jika menggunakan batere) ditambah akan membuat monitor jadi cepat panas jika digunakan di luar ruangan terik yang akhirnya akan membuat monitor berhenti bekerja.



Untuk memudahkan memilih fitur-fitur tersebut, Saya buatkan tabelnya. Yang pertama adalah tabel dari fitur field monitor kategori indoor monitor.

Tabel 9. Fitur-fitur field monitor kategori indoor monitor (klik tabel untuk memperbesar).

Kemudian ini adalah tabel fitur field monitor untuk kategori daylight viewable monitor.

Tabel 10. Fitur-fitur field monitor kategori daylight viewable monitor (klik tabel untuk memperbesar).

Dan ini adalah tabel fitur field monitor untuk kategori sunlight readable monitor.

Tabel 11. Fitur-fitur field monitor kategori sunlight readable monitor (klik tabel untuk memperbesar).


Ukuran Field Monitor

Memilih ukuran field monitor bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Jika ingin memilih ukuran yang relatif kecil dan dapat masuk ke kantung celana, bisa menggunakan field monitor dengan ukuran 5 inci karena rata-rata telepon selular sudah berukuran antara 5 inci sampai 6 inci yang mudah dimasukkan ke kantong celana. Jadi dengan mudah bisa dibawa kemana-mana ketika syuting.

Jika ingin lebih besar, bisa memilih ukuran 7 inci agar bisa melihat lebih jelas.


Jika menggunakan gimbal kamera mirrorless atau DSLR, sebaiknya memilih field monitor yang ringan yang biasanya ukuran paling kecil, yaitu 4,5 inci atau 5 inci.



Daftar Harga Field Monitor

Dari semua hal yang telah dijelaskan sebelumnya, tentunya yang membatasi kita untuk memilih sebuah field monitor adalah harga. Untuk itu saya membuatkan tabel harga rata-rata dari field monitor yang bisa saya data. Ketika mengumpulkan data-data ini, harga 1 dollar Amerika Serikat masih di bawah Rp. 15.000,-. Sebagian besar dari harga-harga tersebut didapatkan dari situs Tokopedia dan sisanya dari Shopee. Beberapa diantaranya harus indent atau pre-order untuk membelinya.

Berikut ini daftar harga-harga field monitor tersebut:


Tabel 12. Daftar harga-harga field monitor.

Jika mempunyai dana terbatas, field monitor merek Viltrox dengan tipe DC-70 II 4K bisa menjadi pilihan. Dengan harga kurang lebih 1,5 juta rupiah sudah mendapatkan monitor dengan ukuran 7 inci dengan tingkat kecerahan 450 nits yang termasuk dalam kategori daylight viewable monitor. Resolusi display-nya adalah 1.024 x 600 pixels.

Viltrox DC-70 II mempunyai konektor input dan output HDMI yang diklaim mampu menangani sinyal video sampai resolusi 4K DCI 24 fps, dan mempunyai konektor input AV untuk video composite.

Fitur-fitur yang terdapat di monitor ini adalah histogram, RGB Parade, focus peaking, false color, zebra, zoom, v-flip, h-flip, aspect ratio marker dan check field yang sudah cukup diperlukan untuk syuting.




​VILTROX DC-70 II 4K HDMI Field Monitor 7 inci

bisa beli di sini atau di sini.


Pilihan lain pada monitor berukuran 5,5 inci adalah Desview P5II yang mempunyai tingkat kecerahan 800 nits dan resolusi 1.920 x 1.080 pixels dengan harga hampir 2 juta rupiah.

Desview P5II ini mempunyai konektor input dan output yang mampu menerima sinyal video sampai resolusi 4K DCI 24 fps. Fitur-fitur yang terdapat pada monitor ini adalah zebra, histogram, RGB parade, waveform, false color, check field, v-flip, h-flip, focus peaking, marker dan custom LUT.

Salah satu yang menarik dari fitur di monitor Desview P5II adalah HDR Monitoring.



Untuk keakurasian warna, Desview mengklaim setara dengan monitor merek Sony.



​Desview P5Ⅱ bisa dibeli di sini dan di sini.


Alternatif lain untuk monitor berukuran 7 inci adalah Lilliput A7s dengan tingkat kecerahan layar 500 nits. Sedikit lebih cerah dibandingkan Viltrox DC-70 II 4K dan lebih gelap dari Desview P5II. Layar yang digunakan adalah IPS dengan resolusi 1.920 x 1.200 pixels. Harga untuk monitor ini sekitar 2,3 juta rupiah.

Monitor ini mempunyai konektor input dan output HDMI dengan maksimum resolusi 1.920 x 1,080 pixels dan frame rate maksimum 60 fps. Fitur-fitur yang terdapat pada monitor ini adalah zebra, histogram, false color, check field, v-flip, h-flip, zoom, focus peaking, marker, audio level meter display, dan time code display.

Monitor Lilliput A7s ini dilengkapi dengan karet silikon yang berguna untuk melindungi ketika jatuh, terbentur dan juga berguna untuk melindungi dari cahaya matahari dan lingkugan yang sangat terang.



​Lilliput A7S bisa dibeli di sini dan di sini.


Untuk monitor dengan layar ukuran 5,5 inci yang termasuk dalam kategori sunlight readable monitor, ada monitor merek Desview dengan model R6 UHB dengan tingkat kecerahan layar 2.800 nits. Monitor ini dilengkapi dengan layar sentuh beresolusi 1.920 x 1.080 pixels. Harga untuk monitor ini sekitar 4,4 juta rupiah.

Monitor ini dilengkapi dengan konektor HDMI untuk input dan output-nya yang mampu menangani sinyal video dengan resolusi maksimum 4K DCI dengan frame rate 24 fps.

Fitur-fitur yang terdapat pada monitor ini adalah auto dim, zebra, histogram, RGB parade, waveform, vectorscope, false color, check field, v-flip, h-flip, zoom, focus peaking, marker dan custom LUT.



​Desview R6 UHB dapat dibeli di sini dan di sini.


Untuk kategori sunlight readable monitor dengan layar ukuran 7 inci, ada merek Feelwold dengan model LUT7 yang mempunyai tingkat kecerahan layar 2.200 nits dan layar sentuh dengan resolusi 1.920 x 1.200 pixels . Harga monitor ini berkisar 4,5 juta rupiah.

Monitor ini mempunyai konektor input dan output HDMI yang mampu menerima sinyal video dengan resolusi 4K DCI dengan frame rate 24 fps. Fitur-fitur yang ada di monitor ini adalah layar sentuh (touchscreeen), auto dim, zebra, histogram, RGB parade, waveform, vectorscope, false color, check field, v-flip, h-flip, zoom, focus peaking, audio level meter display, dan custom LUT. Cukup lengkap untuk monitor dengan harga di bawah 5 juta.

Monitor ini dilengkapi fitur HDR dan layarnya menggunakan warna Rec.709 HD serta menggunakan teknologi kalibrasi warna.




​Feelworld LUT7 bisa dibeli di sini dan di sini.


Jika harga bukan masalah, bisa memilih monitor Atomos Shogun 7 yang mempunyai tingkat kecerahan 3.000 nits dengan ukuran layar sentuh 7,2 inci dan resolusi 1.920 x 1.200 pixels. Harganya sekitar 20,3 juta rupiah.

Monitor Atomos Shogun 7 dilengkapi oleh dua macam konektor input, HDMI dan SDI yang mampu menerima sinyal video dengan resolusi 4K DCI dengan frame rate sampai 60 fps. Jadi monitor ini yang paling banyak pilihan resolusi dan frame rate-nya.

Fitur-fitur yang terdapat pada monitor ini adalah SDI - HDMI cross conversion, touchscreen, zebra, histrogram, RGB parade, waveform, vectorscope, false color, check field, v-flip, h-flip, zoom, focus peaking, marker, audio level meter display, custom LUT dan time code display.

Dengan fitur cross conversion di monitor ini, kita bisa menggunakan input HDMI dan output SDI sehingga kita tidak perlu menggunakan alat konverter HDMI to SDI lagi.


​Atomos Shogun 7 dapat dibeli di sini dan di sini.


Kalau dana masih sangat terbatas sampai tidak bisa membeli monitor Viltrox DC-70 II, mungkin bisa mempertimbangkan membeli monitor rakitan.







Ukuran monitornya adalah 7 inci.

Resolusi layarnya 800 x 600 pixels.

Resolusi maksimum yang bisa ditangani adalah 1.280 x 720 pixels.

Konektor input yang tersedia: HDMI, VGA dan AV.

Power supply menggunakan konektor USB dengan tegangan 5 Volt. Jadi bisa menggunakan power bank atau charger HP dengan arus 2 Ampere.


Monitor ini bisa di beli di sini atau di sini.



Demikianlah cara memilih field monitor yang tepat. Semoga artikel ini dapat membantu memilih monitor yang diperlukan sesuai dengan kondisi syuting.



227 views
RECENT POST
bottom of page